metamulty-Legenda bulu tangkis Indonesia, Taufik Hidayat, akhirnya angkat bicara soal langkah Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) yang mengubah metode promosi dan degradasi di Pelatnas Cipayung. Perubahan sistem ini disebut sebagai upaya penyegaran dan peningkatan kualitas pembinaan atlet nasional. Namun, tak sedikit pihak yang mempertanyakan efektivitasnya.
Taufik, yang dikenal vokal terhadap sistem olahraga nasional, menilai bahwa perubahan itu bisa menjadi angin segar asalkan dieksekusi dengan profesional dan transparan.
PBSI Perkenalkan Penilaian Berbasis KPI dan Evaluasi Triwulan
PBSI resmi mengganti sistem promosi-degradasi tahunan dengan pendekatan evaluasi berkala setiap tiga bulan. Setiap atlet kini dievaluasi berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) yang meliputi hasil turnamen, progres latihan, disiplin, hingga potensi jangka panjang.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk profesionalisasi sistem pelatnas agar lebih kompetitif dan fleksibel terhadap dinamika prestasi atlet.
Ketua Harian PBSI Alex Tirta sebelumnya menyatakan bahwa pendekatan ini akan “menghindarkan stagnasi” dan memberi ruang bagi atlet non-pelatnas yang berprestasi untuk masuk ke Cipayung tanpa harus menunggu setahun.
Taufik: Transparansi adalah Kunci
Taufik menekankan bahwa sistem yang baik sekalipun akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan transparansi dalam implementasi. Ia berharap tidak ada atlet yang merasa terpinggirkan hanya karena faktor non-teknis.
Taufik juga menyoroti pentingnya komunikasi antara pelatih, atlet, dan manajemen PBSI agar tidak terjadi kesenjangan informasi yang bisa menurunkan semangat juang atlet.
Munculnya Bintang Non-Pelatnas Jadi Tamparan?
Beberapa waktu terakhir, publik bulutangkis Indonesia diramaikan dengan performa apik para pemain non-pelatnas seperti Sabar Karyaman Gutama/Reza Pahlevi dan Rehan Naufal/Gloria Emanuelle. Mereka tetap bersinar di kancah internasional tanpa berada dalam naungan Cipayung.
Ia berharap atlet-atlet profesional bisa diberi ruang untuk ikut seleksi terbuka, bahkan jika perlu diberikan wildcard untuk membuktikan kualitas mereka.
Suara Atlet dan Pelatih: Campur Aduk
Reaksi atas sistem baru ini ternyata beragam. Beberapa atlet muda yang kini menghuni pelatnas menyambut baik karena mereka merasa punya peluang lebih cepat untuk naik level. Namun, sebagian pelatih khawatir sistem ini akan memicu instabilitas psikologis jika tidak dilakukan dengan bijak.
Sementara itu, atlet senior menyarankan agar PBSI juga memberikan pelatihan mental kepada para pemain agar siap menghadapi sistem rotasi yang lebih dinamis ini.
Menuju Era Baru Cipayung?
Dengan semua dinamika ini, publik menunggu apakah sistem promosi-degradasi berbasis KPI akan membawa perubahan nyata atau hanya sekadar ganti bungkus. Taufik Hidayat sendiri tetap optimis jika semua pihak mau bekerja dengan niat membangun bulu tangkis Indonesia, bukan sekadar menjaga kursi.