metamulty-Di balik gemerlap dunia bulutangkis, ada kisah pilu yang jarang terdengar. Salah satunya adalah kisah perjalanan Ye Zhaoying, legenda bulutangkis China dan salah satu rival terberat Susy Susanti di era 1990-an. Dikenal sebagai pemain cerdas dan bertalenta luar biasa, Ye justru mengalami nasib tragis setelah pensiun. Ia kini nyaris dihapus dari sejarah bulutangkis China dan dicap sebagai pengkhianat oleh negaranya sendiri.
Rivalitas Epik dengan Susy Susanti
Pada puncak kariernya di awal hingga pertengahan 1990-an, Ye Zhaoying dikenal sebagai pemain tunggal putri yang sangat dominan. Ia menyabet berbagai gelar bergengsi, termasuk All England dan World Cup. Salah satu rivalitas yang paling dikenang publik adalah pertarungannya melawan Susy Susanti, ikon bulutangkis Indonesia.
Pertemuan antara Ye dan Susy di berbagai final menjadi tontonan yang selalu dinanti. Keduanya memiliki gaya bermain yang berbeda—Susy dengan permainan defensif dan sabar, sementara Ye lebih agresif dan tajam dalam menyerang. Namun, di balik rivalitas itu, ada rasa hormat dan kekaguman satu sama lain.
Karier Cemerlang yang Berakhir Pahit
Meskipun prestasinya sangat mengesankan, nama Ye Zhaoying perlahan-lahan menghilang dari narasi resmi sejarah bulutangkis China. Hal ini berakar dari keputusan Ye setelah pensiun: ia memilih jalur politik yang berseberangan dengan pemerintah China, bahkan menikah dengan tokoh oposisi, Hao Fengjun, yang dikenal sebagai pembelot.
Langkah ini membuat pemerintah China murka. Nama Ye tak lagi disebut dalam dokumentasi resmi, arsip-arsip pertandingan, bahkan fotonya banyak dihapus dari media olahraga nasional. Kisah perjalanan Ye Zhaoying, rival Susy Susanti yang dihapus dari sejarah China karena dianggap pengkhianat, menjadi ironi dari seorang atlet besar yang pernah mengharumkan nama negaranya.
Dari Ikon Nasional Menjadi Sosok Kontroversial
Pindah ke luar negeri dan aktif menyuarakan kritik terhadap kebijakan pemerintah membuat Ye semakin dijauhi di kampung halamannya. Ia dianggap telah “mengkhianati” negara dan nilai-nilai patriotisme yang dijunjung tinggi di dunia olahraga China.
Namun bagi banyak penggemar bulutangkis di luar negeri, Ye Zhaoying tetaplah legenda. Ia dikenang bukan hanya karena skill luar biasanya, tapi juga keberaniannya mengambil pilihan hidup yang penuh risiko demi idealisme dan kebebasan pribadi.
Perspektif Baru: Atlet Juga Manusia
Kisah Ye Zhaoying membuka mata banyak orang tentang sisi lain dari kehidupan seorang atlet. Di balik medali emas dan sorotan kamera, mereka juga manusia yang memiliki pilihan, keyakinan, dan kehidupan pribadi. Ketika pilihan itu tak sesuai dengan narasi negara, bahkan prestasi sebesar apa pun bisa dianggap tak berarti.
Kisah ini mengajak kita untuk lebih menghargai perjuangan atlet tidak hanya saat mereka berada di podium tertinggi, tetapi juga saat mereka harus berjalan sendiri dalam menghadapi tekanan politik dan sosial.